BARU melangkah usia pat puluh,
Jalannya licin mudah terjatuh,
Disangka sauh akan berlabuh,
Rupanya pelayaran masih jauh.
Makin hari bertambah berat,
Ada yang sindir ada yang kesat,
Ada yang tikam ada yang cincang,
Ada yang lapah ada yang rebah.
Kawan makin berkurang,
Lawan makin bertambah,
Yang tulus makin terzahir,
Yang hasad makin terpamer.
Ada yang tidak peduli,
Ada yang nafsi nafsi,
Ada yang menjarakkan diri,
Ada yang duduk halaman lawan,
Tumpang sekaki menyindir kawan,
Ada yang hanyut lena di kayangan,
Saat terjaga jadi tak ketahuan
Ada yang diberi tali untuk meniti,
Supaya selamat tiba destinasi,
Saat terpijak duri tersepit diri,
Dijerutnya leher si pemberi tali,
Asalkan puas selamatlah diri,
Sungguh tidak mengenang budi.
Adik sudah tidak kenal abang,
Anak sudah tidak kenal ayah,
Abang dikeji tanpa henti,
Ayah dicaci tak sedar diri
Itulah namanya lumrah,
Sudah termaktub dalam sirah,
Generasi dulu lebih susah,
Menempuh ujian yang payah,
Semua berjaya diredah.
Tiangnya kekuatan akidah,
Pasaknya keutuhan jamaah,
Bumbungnya kesuburan fikrah,
Lantainya kemanisan ukhuwah.
Doakan moga teguh dan tabah,
Walaupun hati ini sebenarnya gundah,
Saban waktu menanti sempurna kisah,
Kisah perjuangan tak pernah sudah,
Kecuali roh dan jasad selesai terpisah.
AFNAN HAMIMI
Alor Setar
7 Ogos 2021 – HARAKAHDAILY 7/8/2021